hanya menulis apa yang membuatku senang saat membacanya~

AHLAN

Selamat datang di blog ini.
Enjoy Reading !

Jumat, 20 Desember 2024

Asyiknya Bergabung di Komunitas Membaca


    Dulu, di zaman SD kalau ditanya apa hobiku, aku jawab membaca buku. Padahal aku bukan kutu buku, bukan pula yang paham dunia literasi, aku cuma suka buku! Kesukaanku pada buku tidak lepas dari usaha Abi -ayahku- untuk meningkatkan minat baca kami, anak-anaknya  (semoga jadi pahala jariyah untuk beliau, aamin). Abi rajin menyediakan kami bahan bacaan, sampai kakak perempuan dan adik laki-lakiku yang saat itu lagi demam sepak bola, Abi belikan koran bola untuk mereka. Adik perempuanku hobi mengoleksi novel KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya). Kami juga suka bergantian baca serial petualangan Lima Sekawan dan membahas bagian yang seru.

    Di rumah ada perpustakaan berupa rak-rak yang sebagian besarnya diisi buku-buku milik Abi. Pernah ada teman sekolah yang main ke rumah dan lihat buku-buku itu bertanya apakah aku sudah membaca semua buku di sana? Oh, tentu saja tidak! Apalagi di masa sekolah, aku punya genre bacaan favoritku sendiri, yaitu buku fiksi seperti cerpen dan novel. Diantara penulis novel yang karyanya mewarnai hari-hari remajaku adalah Afifah Afra, Asma Nadia, dan Habiburrahman El-Shirazy. 

    Kata Al-Jahidz saat menjelaskan tentang buku:

نعم الأنيس لساعة الوحدة

"ia adalah teman terbaik di kala sendirian"
    

    Di zaman kuliah, sangat disayangkan karena aku bukanlah mahasiswi yang rajin bolak-balik perpus, tetapi hubunganku dengan buku masih terbilang cukup baik. Aku sangat senang saat Abi memberiku hadiah buku berbahasa Arab untuk mendukung pembelajaranku dan tentu saja untuk menemaniku yang sedang ngekos di luar kota. Diantaranya adalah Buku Istamti' Bihayaatik karya Muhammad Al-Arifi, Iftah an-Nafidza Tsammata Dhou' dan Mau'id ma'al Hayah Karya khalid bin Sholih Al-Munif. Buku-buku tersebut berisi tentang cerita motivasi dan seni menjalani kehidupan. Bacaan yang ringan dan menyegarkan cocok untuk cemilan setelah setiap hari melahap buku-buku modul perkuliahan. 

    Setelah menikah dan hidup di perantauan, alhamdulillah gak lupa berbekal beberapa buku baru yaitu cerita inspiratif pengasuhan anak di bumi Eropa; Awe Inspiring Us karya Dewi Nur Aisyah dan Phd Parents' Stories karya Ario Muhammad. Meski sudah berusaha makin mesra dengan buku, aku menyadari bahwa aku masih jauh dari predikat Gila Baca. Karena tak ingin minat bacaku semakin pudar, aku merasa bahwa aku butuh komunitas baca buku. Bergabung dengan sesama teman wanita dengan minat yang sama pasti menyenangkan. Alhamdulillah, Allah mudahkan jalanku bertemu dengan dua komunitas positif berikut:

1. KITAB (Komunitas Cinta Buku)

    Lewat seorang teman (jazaahallahu khairan) aku kenalan dengan mbak NWA, pendiri Komunitas Cinta Buku. Aku bergabung di grup WA KITAB pada July 2022 lalu bersama 30 anggota lainnya. Sistemnya adalah kami membaca selama 100 hari. Targetnya adalah menanamkan kebiasaaan membaca jadi bagi yang tidak punya buku fisik-pun tetap bisa bergabung karena dibolehkan untuk membaca e-book ataupun artikel daring, selama itu non-fiksi (sosmed tidak termasuk). 

    Setiap anggota memilih durasi sesuai kemampuan, dimulai dari 15 menit, 30, 45, hingga 60 menit dalam satu hari. Presensi harian disetorkan dengan bentuk stiker, bagi yang berhasil konsisten membaca selama 100 hari berturut-turut tanpa absen maka ada hadiah buku dari admin. Setelah itu angota juga diberi kesempatan jika ingin menulis review atau resensi dari buku yang sudah dibaca tapi ini bersifat tidak wajib. Anggota yang absen selama sepuluh hari berturut-turut tanpa ada kabar akan dikeluarkan dari grup dan diperbolehkan mendaftar kembali pada kesempatan lain. Setiap selesai 100 hari, kami ada libur sampai nanti dimulai tahap berikutnya.

  Menurut pengalamanku, pagi hari adalah waktu yang cocok untuk membaca terutama baca buku yang lumayan memutar otak. Jika sudah lewat sore hari dan daya fokus mulai melemah, aku memilih bacaan yang ringan dicerna, seperti artikel yang memuat opini dan cerita pengalaman. Disamping baca artikel daring dan baca buku comot-comot, ada tiga buku yang -biidznillah- berhasil selesai dibaca bareng temen-temen KITAB, yaitu buku Make Time, Miracle In The Andes, dan Things Left Behind. Beberapa bulan lalu kami baru menyelesaikan tantangan 100 hari, dan saat ini kami sedang masa libur. Oya, untuk gabung jadi anggota KITAB tidak dipungut biaya sepeserpun! Semoga Allah yang membalas kebaikan mba NWA dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin!

2. Jejak Pustaka Beekind

    September 2024 lalu aku bergabung dengan komunitas Beekind. Komunitas ini didirikan sebagai wadah yang merangkul para ibu dan wanita pada umumnya. Meskipun tergolong baru, komunitas Beekind sudah menelurkan beberapa project yang berjalan cukup aktif, salah satunya adalah kegiatan membaca buku di program Jejak Pustaka. 

    Anggota ditantang untuk membaca buku non-fiksi selama 30 hari dengan jeda libur tiap akhir pekan. Setiap hari anggota membaca minimal satu halaman lalu melakukan presensi di grup WA dengan format nomor absen, nama, dan kutipan dari buku yang dibaca. Kutipan ini boleh dicatat manual di grup, boleh juga dicatat di buku tulis lalu difoto, boleh juga di share di Instagram Story dengan template yang sudah disediakan admin. 

    Targetnya adalah para anggota dapat menyelesaikan satu buku lalu lanjut ke buku berikutnya. Anggota yang absen sebanyak empat kali tanpa kabar akan dikeluarkan dari grup dan diperbolehkan bergabung kembali. Desember ini aku dan teman-teman sudah memasuki putaran ketiga dengan kata lain kami menuju hari ke-90, tepatnya di 17 Januari 2025 mendatang. Dengan izin Allah aku sudah berhasil menamatkan dua buku bersama BeeFriends: Seni Mendidik Anak Agar Mandiri, dan Alhamdulillah, Balitaku Khatam Al-Qur'an.

    Membaca sebuah buku dengan konten dan gaya bahasa yang sama setiap harinya ternyata berpotensi memicu rasa bosan. Agar dapat bertahan, kami menemukan solusi bahwa selama target membaca satu halaman sudah diraih, kami bisa rehat atau pindah buku untuk selingan. Sisi positif membaca satu buku adalah rasa candu ingin cepat menuntaskannya, jadi meskipun akhir pekan adalah libur setoran tetapi bukan berarti libur membaca. Seperti KITAB, mendaftar Jejak Pustaka juga gratis, loh! Semoga Allah membalas kebaikan untuk semua yang berkontribusi dalam program ini, Aaamin!

    Untuk saat ini aku masih betah di komunitas baca karena aku merasa mendapat banyak manfaat. Aku dapat menambah referensi dari bacaan anggota lain yang bermacam-macam, dari buku islami, pengembangan diri, politik, pengasuhan, kedokteran, bisnis, dll. Aku juga berharap sosok ibu yang candu buku menjadi tontonan yang terekam oleh anak-anak di rumah yang secara tidak langsung mengajarkan mereka akan cinta literasi. Selain itu, aku menemukan kembali sosok diriku yang bisa berlama-lama dengan buku. Kesibukan mengurus keluarga dan sulitnya mencari waktu ideal untuk membaca tidak lagi menjadi alasan untuk menelantarkan si jendela dunia. Aku tidak mau lupa bahwa benda yang sejak kecil bisa membawaku terbang ke dunia imajinasi, kini, seharusnya dia juga bisa membawaku terbang menuju kedewasaan dan kebijaksanaan, Insyaa Allah!

    Meski kegiatan membaca buku ini memiliki segudang manfaat, aku sepenuhnya percaya dan dapat memahami jika di luar sana ada yang tidak hobi membaca. Mereka memiliki gairah serta minat di bidang lain dan aku sangat menghargai itu. Tetapi, jika kamu termasuk orang yang hobi membaca tetapi sedang tersedot oleh distraksi teknologi atau kamu ingin mengobarkan kembali semangat membaca di dalam dirimu yang sudah lama padam, maka bergabung di komunitas membaca bisa menjadi solusi.

    Jujur aku kagum dengan mereka yang sudah amat lekat dengan buku, terbiasa membaca, mengalir begitu saja tanpa harus diberi tantangan, tetapi membaca bersama teman komunitas juga bukanlah hal yang buruk, justru sangat positif. Tetaplah bersemangat, luruskan niat, dan minta petunjuk dari-Nya dalam apa yang kita baca. Semoga Allah berkahi dan ridhoi jalan kita semua yang ingin melaksanakan perintah-Nya pada wahyu pertama yang turun; IQRA! Bacalah!

Kamis, 15 Februari 2024

Jangan Bilang Ummi!


bermain salju di hari berikutnya masih dengan sarung tangan polyester :')

     Pagi ini, setelah sarapan kami keluar rumah untuk bermain salju. Putriku yang berusia tiga tahun sudah siap dengan pakaian musim dingin lengkap dengan sarung tangan. Sarung tangan berbahan polyester sebenarnya sudah cukup menghangatkan jemari mungilnya di suhu -4° C, bisa dibilang gak terlalu dingin karena lagi gak ada angin. Tetapi karena kami berniat main salju, aku berusaha membujuknya untuk memakai sarung tangan anti udara. Putriku tetap menolak dan merasa cukup dengan sarung tangan favoritnya.

    Dia duduk di atas papan sleding siap untuk ditarik, kedua tangannya mulai menyentuh salju di tanah. Pada awalnya, salju yang menempel itu membuatnya beres, lalu aku membantu membersihkan salju yang menempel. Tetapi dia tetap menyentuh salju lagi. Aku yang membayangkan tanganya akan dingin karena sarung tangan yang akan basah itu, membujuknya lagi agar mau melapisinya dengan sarung tangan anti air, tetapi si anak tetap bersikukuh menolak. 

    Rasa panik dan khawatir yang menguasaiku berakhir emosi, dengan kesal aku berkata padanya secara spontan: "Oke, kalo kamu gamau pake sarung tangan ini, nanti kalau tangan dingin gak usah bilang sama ummi!" Lalu suamiku meralat ucapanku seraya berkata: "Loh gimana sih, masa bilangnya gitu, 'kalau nanti tangan dingin bilang sama ummi, nanti ganti sarung tangan yang lain', kaya gitu dong." Aku merasa tertohok, dan keinginanku yang tadi sempat terbawa emosi. 

    Disadari atau tidak, kita sering mengucapkan kalimat berbau 'ancaman' semacam itu saat kesabaran kita sedang menipis. Seperti saat anak tidak mau tidur dan hanya ingin bermain kita berkata: “Oke ya kamu gamau tidur! Main aja terus, kalo ngantuk gak usah cari mamah!” atau saat anak gamau makan dan malah sibuk nonton kita bilang “Nonton aja terus gak usah makan, kalo laper gak usah minta makanan ke mamah!” kalimat yang muncul berdasarkan emosi tanpa Sadar membuat jarak antara orang tua dan anak serta menutup pintu akses mereka untuk meminta bantuan kita. Orangtua berharap anak akan menurut dan segera mengubah sikapnya, tetapi anak justru semakin gengsi dan keras kepala dengan keputusannya. 

    Sebenarnya kita bisa mengganti dengan kalimat yang serupa tetapi maknanya berbeda seperti ini, “kamu masih mau main ya? Mamah tunggu di kamar ya, kalo udah ngantuk kamu ke kamar aja ya!" Atau “masih seru ya nontonnya, kamu belum lapar? Kalo bilang lapar ke ummi ya, di meja sudah ummi siapin makanan.”

    Kalimat di atas memang memiliki kesan bahwa kita kalah dan lebih menuruti ego anak.Tetapi sebenarnya kitalah yang menang karena dapat menekan emosi yang akan memperkeruh suasana. 

     Selain menghadirkan ketenangan pada diri orang tua, kalimat di atas merupakan bentuk kita menghargai pilihan anak, serta memberi mereka kesempatan untuk menuntaskan apa yang sedang mereka lakukan, dan meyakinkan anak bahwa pintu orang tua akan selalu terbuka setiapkali mereka membutuhkan tempat bersandar.


Kamis, 01 Februari 2024

Reservasi Kamus Indonesia Jadul di Perpus Finlandia



    Akhir Desember 2023 aku ada ujian online di salah satu kampus di Indonesia. Ujiannya menerjemahkan teks dari bahasa Indonesia ke Inggris dan juga sebaliknya. Ujiannya boleh buka kamus asalkan kamus cetak, bukan kamus elektronik seperti alkalink atau kamus online. Jujur saja, selama ini aku selalu mengandalkan kamus online dan satu-satunya kamus cetak yang aku punya adalah Oxford Mini Dictionary and Thesaurus, kamus Inggris-Inggris, yang mana gak terlalu dibutuhkan saat mengerjakan soal terjemahan nanti.

    Teman-teman di grup WA banyak ngobrolin tentang efektifitas penggunaan kamus saat ujian. Diantara mereka ada yang sudah ujian dan mengatakan bahwa buka kamus hanya membuang waktu karena masa ujian hanya 90 menit. Buka lembaran kamus dan mencari kata harus dilakukan dengan sangat cepat jika tidak mau kehabisan waktu. Ada juga yang cerita hanya sempat membuka kamus pada soal pertama, selainnya hanya mengandalkan pembendaharaan kosa kata dan menebak dari konteks kalimat.

    Aku pribadi merasa butuh kamus mengingat di ujian terjemahan yang sebelumnya aku sempat salah menerjemakan kata. Akhirnya aku iseng mencari kamus bahasa Indonesia di situs perpustakaan Finlandia (helmet.fi), syukurnya ketemu dong! Alhamdulillah rejeki!

    Sekilas tentang perpustakaan Finlandia, atau yang disebut Helmet. Perpustakaan ini menyebar di banyak kota di Finlandia. Di kota Espoo sendiri ada banyak perpus Helmet, seperti yang ada di Espoon keskus (pusat kota Espoo), di Sello, Iso Omena, Tapiola, dsb. Tidak ada jumlah maksimum untuk buku yang akan dipinjam, jadi kita boleh pinjam buku sebanyak apapun. Buku bisa  dipinjam selama 28 hari, kalau lebih dari itu gak dikembalikan akan ada denda buat anggota perpus yang berusia lebih dari 18 tahun. Kalau misalkan kita pinjam buku dari perpus yang di Iso Omena, kita bisa mengembalikan buku di perpus Helmet manapun. 

buku anak-anak di atas mesin peminjaman  mandiri di perpus Iso Omena


    Ternyata kamus yang aku cari berada di perpus Pasila, jaraknya 3 stasiun kereta dari rumahku, tetapi masalah utamanya bukan itu. Aku belum pernah ke perpus yang di Pasila, sempet ke sana satu kali tetapi gelap dan sepi, entah lagi direnovasi atau memang tutup sementara. Dan setelah itu gak pernah ke sana lagi.

    Akhirnya aku memilih opsi Reservasi, dari situs Helmet aku meminta pihak perpus memindahkan kamus tersebut ke perpustakaan terdekat, yaitu perpus Sello yang jaraknya hanya satu stasiun kereta dari rumahku. 

    Tepat sepuluh hari sebelum ujian, ada email pemberitahuan dari Helmet bahwa kamus yang aku pesan sudah siap diambil di perpus Sello, juga ada peringatan akan ada denda bagi yang membatalkan buku yang sudah direservasi, juga bagi yang tidak mengambil reservasi sampai batas waktu yang tercatat di dalam email. Denda yang dikenakan sebesar 1 euro (Rp 17.000) per-buku. Pengenaan denda tersebut bertujuan agar anggota Helmet bertanggungjawab atas barang yang sudah dipesan serta menghargai pihak perpus yang sudah mengeluarkan tenaga, waktu, dan biaya transportasi untuk memindahhkan buku yang dipesan dari perpustakaan lain.

    Dua hari setelah mendapat email, saya ke perpus Sello dan menuju rak buku khusus reservasi, setelah mengambil dua buah kamus bersampul merah, saya scan di mesin peminjaman seperti biasa. 


Buku-buku di rak khusus reservasi yang siap diambil

    Setelah sampai di rumah, aku cek kamusnya, benar saja itu kamus jadul yang diterbitkan tahun 1955. Dengan ejaan lama yang belum dibakukan. Aku dan suami sempat tertawa melihat isi kamusnya. Setidaknya kamus Inggris-Indo bisa digunakan. Sedangkan yang Indo-Inggris aku pesimis karena mungkin akan sulit mencari kata melihat huruf U masih ditulis OE, J ditulis DJ, dan Y ditulis J. Meski begitu setidaknya kehadiran dua kamus jadul ini memantapkan diriku untutk ujian nanti. Daripada gak ada sama sekali, pikirku.


contoh ejaan Van Ophuijsen (Ejaan Lama): DJ untuk huruf J

    Di hari H ujian, benar saja apa yang temanku bilang di grup. Gak ada waktu buat buka kamus lama-lama karena 90 menit terasa kurang untuk menerjemahkan paragraf singkat sebanyak 6 soal. Setiap yang ujian pasti berfikir lebih baik menuntaskan jawaban meski ada terjemahan kata yang salah, dibanding kehilangan poin karena ada nomor yang kosong karena belum sempat dijawab. 

    Akhirnya ujian pun berakhir, dan Alhamdulillah, aku terbantu oleh kamus Inggris-Indo untuk menerjemahkan satu kata, ya! hanya sempat mencari satu kata!