Yang Dikenang dari Orang Korea Gumi :)
warna oranye : Cham-Mate, warna biru : GS 25 * 20-10-17 |
Hi readers..
Assalamualaikum, uwahh....lama banget ga post di blog :( rasanya blog ini sudah banjir dengan air mata rindu pada penulisnya .hihi
Sebenarnya, banyak hal yang sudah aku tulis dari setahun yang lalu, masih mengendap dikarenakan penulisan ku yang masih butuh banyak editing, terlebih lagi tulisan Tentang Korea, aku saja sudah setengah tahun angkat kaki dari negeri gingseng itu, daripada tulisan ini semakin basi, lebih baik saya post dengan hasil yang pas-pasan.
Selamat membaca !
*****
Setiap komunitas, pasti ada orang baik dan orang 'belum' baik, di setiap kelas pasti ada anak penurut dan anak terlalu aktif, begitupula di Korea Selatan ini, kita tidak bisa men-generalisir, bahwa semua orang Korea itu judes dan tidak ramah.
Orang Indonesia terkenal ramah, mudah tersenyum dan menyapa orang yang berpapasan di jalan, walaupun kepada orang yang belum dikenal.
Sedangkan orang Korea, sangat cuek sehingga terkesan tidak ramah. Harusnya kita memulai adat yang sangat indah ini, mungkin pada awalnya akan terasa asing karena bisa jadi mereka tidak merespon saat anda menyapa, tetapi kebaikan sekecil apapun pasti tidak akan sia-sia.
Sebenarnya bukan hanya saya yang memikirkan ide ini, karena teman Thailand saya (teman kursus bahasa korea) yang selalu menyapa mahasiswa di kampus nya setiap naik lift bersama juga dalam segala keadaan, meskipun dengan sedikit usil, hehe.
Sebenarnya bukan hanya saya yang memikirkan ide ini, karena teman Thailand saya (teman kursus bahasa korea) yang selalu menyapa mahasiswa di kampus nya setiap naik lift bersama juga dalam segala keadaan, meskipun dengan sedikit usil, hehe.
Alhamdulillah selama tinggal disini, aku tidak menemukan masalah atau 'serangan' dari warga asli Korea mengenai penampilanku (bergamis dan berjilbab panjang), kalau hanya lirikan penuh tanda tanya atau merasa aneh itu sudah biasa, bahkan di Indonesia pun kerap kali mendapati reaksi seperti itu dari masyarakat yang belum terbiasa dengan cara berpakaian muslimah yang serba tertutup dan tidak mencolok.
Dari menginjakkan kaki di Korsel, di subway kota Seoul banyak sekali mata yang melihat kami, sebenarnya wajar saja karena kita kan muka orang asing disana, belum lagi dengan jilbab dan gamisnya, tetapi tidak ada yang sampai memaki atau berani main tangan, Alhamdulillah atas penjagaan-Mu ya Allah.
Padahal Seoul itu kota besar yang sangat beragam penduduknya, banyak pendatang dan tidak sedikit dari mereka yang mengenakan jilbab. Jadi mereka sedikit terbiasa dengan penampilan yang agak menarik perhatian ini, hanya saja beberapa orang tua masih aneh melihatnya.
Sesampainya di kota tempat kami menetap, Gumi. Kami tinggal dekat dengan kampus, di kampus itu banyak mahasiswi Indonesia juga Malaysia yang sebagianya ada yang berjilbab, jadi Alhamdulillah di lingkungan kami, ini bukan masalah besar.
Tetapi saat pergi ke pasar tradisional yang kebanyakan orang-orang tua, dan sebagianya mungkin belum sampai pada mereka apa itu islam, dll. Mereka sangat tidak terbiasa melihatnya, beberapa kali berpapasan dengan nenek-nenek yang berbisisk2 mengomentari penampilanku, tp tidak secara lsngsung dan aku yang tidak memahami bahasanya merasa enjoy dan keep going, anggap saja tidak ada yang terjadi, bagiku sebatas pandangan dan lirikan aneh itu bukan masalah.
Anyway, banyak orang korea asli yang kutemui, dan aku memiliki kesan yang baik pada mereka, diantaranya :
1. Tante Geumo-san.
Kami bertemu tante ini saat kami pergi ke geumo-san, gunung di kota Gumi, pada musim gugur (2016) jadi banyak sekali yang menghabiskan weekendnya untuk mendaki gunung, hebatnya, banyak diantara mereka orang lanjut usia. Ada seorang wanita tengah baya menghampiri kami yang sedang berjalan (dan ikut jalan bareng) sambil bertanya tentang banyak hal, terlihat antusias dan aku merasa disambut, aku saat itu banyak diam karena dia bicara pake bahasa korea, suami aku yang menjawabnya.
Anyway, banyak orang korea asli yang kutemui, dan aku memiliki kesan yang baik pada mereka, diantaranya :
1. Tante Geumo-san.
Kami bertemu tante ini saat kami pergi ke geumo-san, gunung di kota Gumi, pada musim gugur (2016) jadi banyak sekali yang menghabiskan weekendnya untuk mendaki gunung, hebatnya, banyak diantara mereka orang lanjut usia. Ada seorang wanita tengah baya menghampiri kami yang sedang berjalan (dan ikut jalan bareng) sambil bertanya tentang banyak hal, terlihat antusias dan aku merasa disambut, aku saat itu banyak diam karena dia bicara pake bahasa korea, suami aku yang menjawabnya.
Selama naik ke gunung pun, banyak yang menyapa “Anyonghaseo” atau aku yang memulai menyapa jika ada yang menatapku lama, ada juga yang sampai menawari jasa untuk mengambilkan foto kami berdua.
2. Immo (bibi ) & Samchoen (paman) Cham-Mate
Di samping apartemen kami ada 3 buah minimarket, yang terdekat adalah Cham-Mart (ejaan korea : Cham-Mate), lalu ada GS25, dan C-U (si yu).
Yang menyediakan sayuran dan buah-buahan adalah cham-mate, toko terdekat dari gedung apartemen, buka 24 jam. Pemiliknya adalah pasangan ibu dan bapak yang sangat ramah, jaga dari jam 8 pagi sampai jam 10 malam, diatas jam 10 malam hingga jam 8 pagi, ada yang bergantian kerja partime disitu, (pemuda).
Aku sering bolak-balik belanja di sana, dan selama ini mereka sangat baik sekali, pernah sesekali aku diberi jeruk sekantong plastik, dan ibu itu beberapa kali pernah menggratiskan barang yang sudah lama, aku pernah beli ubi (tinggal 1 kantong) dan ibu itu bilang kalo ubinya dia gratiskan karena sudah tidak fresh lagi, (aku tidak mengerti arti perkatanya, tetapi aku dapat memahami maksudnya) pernah juga, sawi putih kecil yang ujung nya sedikit rusak, itupun di gratiskan-nya.
Bapaknya, jika ada kembalian 50 won (sekitar 500 rupiah), ia tidak hanya memberikan koin tersebut, tetapi plus satu bungkus keju berisi 3 slice, diberikanya secara gratis, itu sudah 2 kali kejadian. Aku jadi mikir gini, mungkin karena tidak enak harus mengembalikan 50 won saja.
Saat musim dingin (2017), kami memiliki masalah saluran air yang membeku, saat itu aku akan membeli alat pompa WC , kebetulan si ibu yang sedang menjaga, alhasil aku sedikit curhat tentang mampet nya saluran air, lalu dia sarankan untuk membeli cairan pelarut es, khusus dipakai saat musim dingin, dan aku dilarang membeli pompa karena itu bukan solusi yang tepat, Alhamdulillah...malam itu juga kamigunakan cairan tsb, lalu esoknya masalah ini beres, "immo-nim, gomawoyoo......" (Bibi...terimakasih!!)
Saat baby kami sudah memasuki masa MP-ASI si ibu pernah memberikan pisang dan snack bayi untuk baby W.
Seumur mereka jika di Indonesia dipanggil, ibu & bapak, tetapi di Korea supaya lebih enak dipanggil bibi & paman.
Seumur mereka jika di Indonesia dipanggil, ibu & bapak, tetapi di Korea supaya lebih enak dipanggil bibi & paman.
3. Tante Sakura.
Saat musim semi-ku yang pertama (2017) aku jalan-jalan di kampus suami, untuk foto-foto bunga sakura, saat duduk di tepi lapangan bola ada tante-tante menghampiriku dan sedikit berbincang denganku, aku yang saat itu sudah lebih mengenali bahasa korea bisa tanya jawab ringan, sesekali dia cari translate nya di HP dan menunjukkan-nya padaku, sekitar kurang lebih 20 menitan kita ngobrol banyak, hingga tak terasa waktu maghrib hampir tiba, akhirnya kita pulang bareng dan berpisah di pertigaan.
Mungkin yang ada di benak aku, kenapa orang korea jarang ada yang ngajak ngobrol duluan, karena bahasa inggris mereka tidak terlalu lancar, dan untuk bicara dengan orang asing biasanya memakai bahasa inggris, jadi mereka lebih memilih diam, cari aman saja :)
Tetapi banyak juga yang tidak lancar bahasa inggris tetapi berani menyapa dan ngobrol dengan bahasa korea.
Karena alasan bahasa juga, aku tidak menyapa orang korea dan bicara banyak, karena bahasa korea ku terbatas,
Jika kita bandingkan di Indonesia juga, kalo ketemu bule –misalnya- pasti orang pribumi agak segan gimana kan mau ajak ngobrol, apalagi yang bahasa inggrisnya kurang lancar, jadi kurang percaya diri, belum lagi kita anggap orang-orang bule itu sombong seperti susah didekati..tetapi senang jika ada bule yang bertanya duluan, meminta bantuan kita.
Sama saja dengan disini.
3. Eonni (kakak perempuan) yang baik hati.
Selama mengandung baby W, saya disarankan rutin check-up ke klinik bersalin, jadwalnya teratur , sekali kunjungan di tiap bulan.
Dia adalah teman satu lab kerja dengan suamiku, meski umurnya jauh diatas kami, kami tetap enak ngobrol sama dia,dia lebih suka dipanggil dengan namanya daripada dengan embel-embel eonni, setiap kali konsul dia mengantar kami dengan mobilnya dan menyetirnya sendiri, membantu menerjemahkan apa yang dokter kandungan ucapkan, setia menemani ku sampai baby W lahir, dan membantu saat terakhir keluar dari menginap di klinik, memberikan hadiah untuk baby W, kami sangat bersyukur kenal dengan orang baik seperti dia...terharu !!
Tidak habis pikir dengan kebaikan hatinya, tidak merasa terbebani sedikitpun, kami berdua berharap semoga dia diberikan cahaya dalam hidupnya yang menjadikan kehidupannya lebih baik lagi.
***
Allah lah yang mempertemukanku dengan orang baik seperti mereka, salah satu yang membuatku betah tinggal di Gumi, i'm feelin blessed :')
***
Allah lah yang mempertemukanku dengan orang baik seperti mereka, salah satu yang membuatku betah tinggal di Gumi, i'm feelin blessed :')
0 komentar:
Posting Komentar