Kepergianya




2 Januari 2017 , pagi itu berita duka datang…nenekku meninggal dunia di usianya yang ke 80 tahun, innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kita adalah milik Allah dan kita pasti akan kembali kepada-Nya.
Beliau adalah adik kakeku dari abi (bapak), beliau sudah lama sakit dan sempat dirawat di rumah kita sampai hari-hari terakhir-nya, saat beliau wafat beliau sedang dirawat di Rumah sakit karena kondisinya yang melemah.

Beliau sangat lembut, suka memuji meskipun itu hal-hal kecil. Memang, setiap yang berusia lanjut memiliki sifat kekanak-kanakan, seperti cepat emosi karena hal sepele, rasa tidak puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya, tapi itu semua hal yang wajar apalagi beliau sedang diuji dengan sakit yang membuatnya tidak bisa bangun dari ranjang kecuali dengan kursi roda dan itupun digotong. (semoga sakitnya menjadi pelebur atas dosanya.Amin).

Karena keadaan rumah tak selalu ramai, terlebih lagi saat masa sekolahnya adik2, (karena kebetulan saya saat itu kuliah di luar kota) siang hari begitu sepi dan sunyi, hanya terdengar suara alat masak di dapur dan suara mesin cuci yang bekerja, tetapi beliau selalu memanfaatkan waktunya dengan berdzikir (bahasa beliau: wirid). Hanya itu yang dapat dilakukan diatas kasur tanpa tenaga, meski begitu hanya orang-orang pilihan Allah yang akan diberi taufik/kemudahan untuk selalu membasahi bibirnya dengan dzikir. [Kadang juga umiku (ibu) menyetel parabola berisi ceramah islami dan bacaan Al-Qur’an dengan niat supaya dapat meramaikan suasana dan menambah Islamic spirit khususnya untuk nenekku].
 
Bahkan saat penglihatan beliau masih bagus, dengan bantuan kacamata, beliau duduk dan membaca Al-Qur’an dengan semampunya, meski lambat dan sedikit kesulitan dikarenakan faktor usia dan juga rasa sakit, tetapi beliau tidak putus asa.

Tak jarang beliau memanggilku agar aku mendengarkan hafalan do’a beliau dan menjawab soal beliau berkaitan dengan arti do’a tertentu atau kalimat dzikir tertentu (saat aku sedang libur kuliah, dan kebetulan jurusanku bahasa arab).

Untuk seumuran beliau itu sangat luar biasa, beliaupun masih diberi ingatan yang kuat oleh Allah, tidak pikun (terbukti dengan banyak do’a yang beliau hafal), masih sibuk dengan dzikir dan ibadah, mengingat banyak yang diakhir hidupnya dihabiskan dengan hal tidak berguna atau sia-sia, karena katanya masa tua seseorang adalah cerminan dari masa mudanya.

Aku punya teman, salah satu kerabatnya sudah lanjut usia dan sudah pikun, tetapi dia selalu mengerjakan sholat, dan karena pikunya tersebut bahkan dia berkali kali mengerjakan solat yang sama, tetapi bagaimanpun juga itu termasuk kelebihan, karena masih diberi taufik untuk beribadah kepada Allah.

Aku yang saat mendengar kabar duka tersebut sedang di korea selatan, sebenarnya tidak terlalu kaget, karena ini jalan terbaik yang Allah kasih untuk menyegerakan kebahagiaan beliau dan mencabut rasa sakitnya. Meski begitu rasa sedih pun kerap menyelimutiku seharian itu. Dan air mata tak dapat kubendung lagi. Bagaimanapun juga keberadaan beliau di tahun-tahun terakhir ini membuatku merasakan kehangatan seorang nenek. Alhamdulillah đź’—

Hanya berdo’a dan mengenang kenangan indah (dan lucu) bersama beliau yang dapat kulakukan.

Dan salah satu alasan tulisan ini dibuat pun untuk mengenang beliau dan aku berharap pembaca yang baik hati turut mendo’akan beliau, aku tidak berharap anda berdo’a disetiap sujud anda, paling tidak selesai membaca tulisan ini, kalau berkenan mohon do’a yang baik untuk beliau yang sedang sendirian di alam kubur sana (insya Allah beliau bertemankan amalan sholeh beliau yang harum dan nyaman dipandang). Lihat hadits Al-barra bin azib tentang nikmat dan adzab kubur.

Posting Komentar

 

Copyright © a Pleasure | Powered by Blogger | Template by 54BLOGGER | Fixed by Free Blogger Templates