hanya menulis apa yang membuatku senang saat membacanya~

AHLAN

Selamat datang di blog ini.
Enjoy Reading !

Kamis, 15 Februari 2024

Jangan Bilang Ummi!


bermain salju di hari berikutnya masih dengan sarung tangan polyester :')

     Pagi ini, setelah sarapan kami keluar rumah untuk bermain salju. Putriku yang berusia tiga tahun sudah siap dengan pakaian musim dingin lengkap dengan sarung tangan. Sarung tangan berbahan polyester sebenarnya sudah cukup menghangatkan jemari mungilnya di suhu -4° C, bisa dibilang gak terlalu dingin karena lagi gak ada angin. Tetapi karena kami berniat main salju, aku berusaha membujuknya untuk memakai sarung tangan anti udara. Putriku tetap menolak dan merasa cukup dengan sarung tangan favoritnya.

    Dia duduk di atas papan sleding siap untuk ditarik, kedua tangannya mulai menyentuh salju di tanah. Pada awalnya, salju yang menempel itu membuatnya beres, lalu aku membantu membersihkan salju yang menempel. Tetapi dia tetap menyentuh salju lagi. Aku yang membayangkan tanganya akan dingin karena sarung tangan yang akan basah itu, membujuknya lagi agar mau melapisinya dengan sarung tangan anti air, tetapi si anak tetap bersikukuh menolak. 

    Rasa panik dan khawatir yang menguasaiku berakhir emosi, dengan kesal aku berkata padanya secara spontan: "Oke, kalo kamu gamau pake sarung tangan ini, nanti kalau tangan dingin gak usah bilang sama ummi!" Lalu suamiku meralat ucapanku seraya berkata: "Loh gimana sih, masa bilangnya gitu, 'kalau nanti tangan dingin bilang sama ummi, nanti ganti sarung tangan yang lain', kaya gitu dong." Aku merasa tertohok, dan keinginanku yang tadi sempat terbawa emosi. 

    Disadari atau tidak, kita sering mengucapkan kalimat berbau 'ancaman' semacam itu saat kesabaran kita sedang menipis. Seperti saat anak tidak mau tidur dan hanya ingin bermain kita berkata: “Oke ya kamu gamau tidur! Main aja terus, kalo ngantuk gak usah cari mamah!” atau saat anak gamau makan dan malah sibuk nonton kita bilang “Nonton aja terus gak usah makan, kalo laper gak usah minta makanan ke mamah!” kalimat yang muncul berdasarkan emosi tanpa Sadar membuat jarak antara orang tua dan anak serta menutup pintu akses mereka untuk meminta bantuan kita. Orangtua berharap anak akan menurut dan segera mengubah sikapnya, tetapi anak justru semakin gengsi dan keras kepala dengan keputusannya. 

    Sebenarnya kita bisa mengganti dengan kalimat yang serupa tetapi maknanya berbeda seperti ini, “kamu masih mau main ya? Mamah tunggu di kamar ya, kalo udah ngantuk kamu ke kamar aja ya!" Atau “masih seru ya nontonnya, kamu belum lapar? Kalo bilang lapar ke ummi ya, di meja sudah ummi siapin makanan.”

    Kalimat di atas memang memiliki kesan bahwa kita kalah dan lebih menuruti ego anak.Tetapi sebenarnya kitalah yang menang karena dapat menekan emosi yang akan memperkeruh suasana. 

     Selain menghadirkan ketenangan pada diri orang tua, kalimat di atas merupakan bentuk kita menghargai pilihan anak, serta memberi mereka kesempatan untuk menuntaskan apa yang sedang mereka lakukan, dan meyakinkan anak bahwa pintu orang tua akan selalu terbuka setiapkali mereka membutuhkan tempat bersandar.


Kamis, 01 Februari 2024

Reservasi Kamus Indonesia Jadul di Perpus Finlandia



    Akhir Desember 2023 aku ada ujian online di salah satu kampus di Indonesia. Ujiannya menerjemahkan teks dari bahasa Indonesia ke Inggris dan juga sebaliknya. Ujiannya boleh buka kamus asalkan kamus cetak, bukan kamus elektronik seperti alkalink atau kamus online. Jujur saja, selama ini aku selalu mengandalkan kamus online dan satu-satunya kamus cetak yang aku punya adalah Oxford Mini Dictionary and Thesaurus, kamus Inggris-Inggris, yang mana gak terlalu dibutuhkan saat mengerjakan soal terjemahan nanti.

    Teman-teman di grup WA banyak ngobrolin tentang efektifitas penggunaan kamus saat ujian. Diantara mereka ada yang sudah ujian dan mengatakan bahwa buka kamus hanya membuang waktu karena masa ujian hanya 90 menit. Buka lembaran kamus dan mencari kata harus dilakukan dengan sangat cepat jika tidak mau kehabisan waktu. Ada juga yang cerita hanya sempat membuka kamus pada soal pertama, selainnya hanya mengandalkan pembendaharaan kosa kata dan menebak dari konteks kalimat.

    Aku pribadi merasa butuh kamus mengingat di ujian terjemahan yang sebelumnya aku sempat salah menerjemakan kata. Akhirnya aku iseng mencari kamus bahasa Indonesia di situs perpustakaan Finlandia (helmet.fi), syukurnya ketemu dong! Alhamdulillah rejeki!

    Sekilas tentang perpustakaan Finlandia, atau yang disebut Helmet. Perpustakaan ini menyebar di banyak kota di Finlandia. Di kota Espoo sendiri ada banyak perpus Helmet, seperti yang ada di Espoon keskus (pusat kota Espoo), di Sello, Iso Omena, Tapiola, dsb. Tidak ada jumlah maksimum untuk buku yang akan dipinjam, jadi kita boleh pinjam buku sebanyak apapun. Buku bisa  dipinjam selama 28 hari, kalau lebih dari itu gak dikembalikan akan ada denda buat anggota perpus yang berusia lebih dari 18 tahun. Kalau misalkan kita pinjam buku dari perpus yang di Iso Omena, kita bisa mengembalikan buku di perpus Helmet manapun. 

buku anak-anak di atas mesin peminjaman  mandiri di perpus Iso Omena


    Ternyata kamus yang aku cari berada di perpus Pasila, jaraknya 3 stasiun kereta dari rumahku, tetapi masalah utamanya bukan itu. Aku belum pernah ke perpus yang di Pasila, sempet ke sana satu kali tetapi gelap dan sepi, entah lagi direnovasi atau memang tutup sementara. Dan setelah itu gak pernah ke sana lagi.

    Akhirnya aku memilih opsi Reservasi, dari situs Helmet aku meminta pihak perpus memindahkan kamus tersebut ke perpustakaan terdekat, yaitu perpus Sello yang jaraknya hanya satu stasiun kereta dari rumahku. 

    Tepat sepuluh hari sebelum ujian, ada email pemberitahuan dari Helmet bahwa kamus yang aku pesan sudah siap diambil di perpus Sello, juga ada peringatan akan ada denda bagi yang membatalkan buku yang sudah direservasi, juga bagi yang tidak mengambil reservasi sampai batas waktu yang tercatat di dalam email. Denda yang dikenakan sebesar 1 euro (Rp 17.000) per-buku. Pengenaan denda tersebut bertujuan agar anggota Helmet bertanggungjawab atas barang yang sudah dipesan serta menghargai pihak perpus yang sudah mengeluarkan tenaga, waktu, dan biaya transportasi untuk memindahhkan buku yang dipesan dari perpustakaan lain.

    Dua hari setelah mendapat email, saya ke perpus Sello dan menuju rak buku khusus reservasi, setelah mengambil dua buah kamus bersampul merah, saya scan di mesin peminjaman seperti biasa. 


Buku-buku di rak khusus reservasi yang siap diambil

    Setelah sampai di rumah, aku cek kamusnya, benar saja itu kamus jadul yang diterbitkan tahun 1955. Dengan ejaan lama yang belum dibakukan. Aku dan suami sempat tertawa melihat isi kamusnya. Setidaknya kamus Inggris-Indo bisa digunakan. Sedangkan yang Indo-Inggris aku pesimis karena mungkin akan sulit mencari kata melihat huruf U masih ditulis OE, J ditulis DJ, dan Y ditulis J. Meski begitu setidaknya kehadiran dua kamus jadul ini memantapkan diriku untutk ujian nanti. Daripada gak ada sama sekali, pikirku.


contoh ejaan Van Ophuijsen (Ejaan Lama): DJ untuk huruf J

    Di hari H ujian, benar saja apa yang temanku bilang di grup. Gak ada waktu buat buka kamus lama-lama karena 90 menit terasa kurang untuk menerjemahkan paragraf singkat sebanyak 6 soal. Setiap yang ujian pasti berfikir lebih baik menuntaskan jawaban meski ada terjemahan kata yang salah, dibanding kehilangan poin karena ada nomor yang kosong karena belum sempat dijawab. 

    Akhirnya ujian pun berakhir, dan Alhamdulillah, aku terbantu oleh kamus Inggris-Indo untuk menerjemahkan satu kata, ya! hanya sempat mencari satu kata!