hanya menulis apa yang membuatku senang saat membacanya~

AHLAN

Selamat datang di blog ini.
Enjoy Reading !

Senin, 08 Januari 2018

Sebuah Jempol (Bijak saat bersosmed)


sumber : google

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS.Al-Zalzalah : 7-8)

Pembaca yang budiman, seperti yang kita ketahui sekarang, di 'zaman now' ini, seseorang dapat melakukan interaksi hanya dengan duduk sendirian di kamar yang terkunci.

Ia dapat ber-sosialisasi dengan orang lain tanpa melangkah keluar rumah.

Ia dapat membela atau memerangi orang lain  hanya bermodalkan benda tipis segi empat.

Bahkan, ia dapat membangun atau menghancurkan dunia hanya dengan sebuah jempol !

Ya!

Seseorang itu adalah saya dan anda !

Kita semua telah terancam oleh benda favorit kita sendiri.

Lalu, sudahkah kita berhati-hati dengan senjata yang tak tajam ini ?

Sudahkah kita mengendalikan jemari kita ?

Saya pribadi sudah lama bertekad untuk ‘pelit’ jempol, sudah menjadi prinsip saya untuk tidak me-like foto apapun yang disitu ada seorang wanita baligh, karena menurut saya, sebuah jempol itu berarti menyukai, menerima, dan mendukung.

Kita semua tahu bahwa wanita adalah fitnah (godaan) bagi kaum lelaki, karenanya Allah memerintahkan muslimah untuk tidak memperlihatkan 'perhiasannya' kepada lelaki asing (non mahrom), dengan memberikan jempol atau komentar, itu berarti kita mendukung si empunya  menyebarkan fotonya dan mengulangi kembali, kita juga mendukung lelaki berbuat dosa.

Saya tahu ini terdengar sepele, banyak pula yang meremehkan, mungkin akan ada yang menyebut saya lebaaay, kolot dll. it really doesn't matter to me.

Jika kita sudah 5 tahun berselancar di facebook dan instagram (dan beragam aplikasi lainya),bisa dibayangkan berapa banyak jempol kita yang tersebar, juga komentar, belum lagi tautan yang kita share, tanpa kita sadari ada yang berisi ghibah, berita bohong, memprovokasi, membuat panas mata dan dada, menyakiti orang lain, mempertontonkan aurat dll.

"Tetapi ini isinya bermanfaat loh."

Ya! niat kita memang tulus, ingin membagikan ilmu, ataupun sekadar hiburan, karena tidak sedikit dari  'postingan berbahaya'  itu yang berisi kebaikan.

Tetapi Kaidah fikih menyebutkan:

درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

Dar'ul mafasid muqaddamun 'ala jalbil masholih.

"Mencegah mudhorot (kerusakan/keburukan) lebih diutamakan daripada mengambil manfaat."

contoh :

-Ada artikel yang terselip nasehat, peringatan akan bahayanya menyebrang jalan saat lampu lalu lintas berwarna hijau, tetapi disitu menceritakan tentang seseorang yang melanggar aturan tsb, ia menyebrang dan hampir tertabrak dan bla bla bla.-

Dengan niat yang baik kia membagikan artikel tsb, lalu kita mencela orang tadi, membodoh-bodohkan dia, plus komentar nyelekit lainya, akhirnya teman 'medsos' ikut nimbrung dan terjadilah gosip panas di tautan kita.

Dari kaidah fikih diatas, kita akan simpulkan bahwa : tidak membagikan artikel tadi dengan tujuan mencegah terjadinya gosip lebih diutamakan daripada membagikanya dengan tujuan menasehati dan mengingatkan.

Solusinya, lebih baik mencari artikel nasehat lain yang lebih 'aman' untuk dibagikan.

Yang lebih extreme lagi, kini ada semacam layanan dari facebook mengajak untuk menerawang masa depan.

"Seperti apa jodohmu nanti?"

"Apa yang akan kamu dapatkan di tahun ini?"

"Tahun berapa anda akan memiliki anak perempuan?"

dan ajakan lain yang merupakan ramalan nasib. Itu adalah kesyirikan yang dibungkus dengan hiburan, candaaan, seru-seruan! Karena hanya Allah-lah yang tahu masa depan.

Hal itu sangat berbahaya, apalagi jika orang lain ikut mencoba karena kita membagikan hal serupa, dan dilanjutkan oleh temanya lagi, dan seterusnya.

Begitu juga dengan akun instagram, public figur yang menebarkan aurat, lelaki yang menyerupai perempuan, pecinta film/k-drama, gosip selebritis, dll.

Mungkinkah jika follower mereka NOL/sedikit mereka akan terus bersemangat mengupload foto demi foto ?

Dengan kita unfollow akun mereka, kita dapat menyelamatkan dunia kita, lambat laun, entah itu berpuluh-puluh tahun kedepan (jika aplikasinya masih exis) dunia -khususnya dunia maya- anak cucu kita akan aman.

Jika kita melakukannya dengan niat menjaga mata & hati kita, mencegah keburukan dari masyarakat, Insya Allah tidak akan rugi! Percayalah :)

Yuk sekarang kita sama-sama perhatikan sikap kita di medsos !

Yuk sekarang kita belajar meng-rem jari jari kita sebelum klik  ‘like’, ‘komentar’ &  'share', untuk melihat ulang tautan yang berkaitan.

Agar setelah kita ‘pergi’ nanti, tidak akan meninggalkan jejak yang tidak Allah ridhai.

Saya menyadari bahwa mata ini rentan berbuat dosa, di medsos orang bebas memposting apa saja, sengaja tidak sengaja kita sering mendaratkan mata ini pada foto yang mempertontonkan aurat, membaca artikel yang berisi hujatan, membicarakan orang lain, mengkritisi, menghakimi, maka, jangan patenkan dosa itu dengan tombol-tombol tadi.

Lebih baik untuk tidak mampir ke ‘arena berbahaya’, tetapi jika kita kalah dari bisikan syetan atau hawa nafsu kita, maka cukupkan itu semua hanya untuk diri kita, dan segeralah beristighfar.

Jangan menjadi sebab orang lain melakukan dosa (yang sama dengan kita.)

Jangan menularkan dosa!

Seiring berjalanya waktu, semakin lama kita hidup di dunia maya, semakin tumpul pula kepekaan kita terhadap hal ini.

Saya disini, mengingatkan diri saya sendiri, juga anda semua yang saya sayangi.

Jika ada yang tidak sependapat dengan saya, saya memahaminya.

Setiap orang punya sudut pandang dalam menilai sesuatu.

Tetapi Al-qur’an surat Al-Zalzalah 7-8  itu mutlak benarnya.

Hari perhitungan itu sungguh akan datang.

Sehingga saya berharap kita akan menjadi lebih baik dan bijak dalam memainkan jari-jari kita diatas layar android ataupun keyboard laptop kita.

Semoga Allah mengampuni dosa saya dan anda semua, baik yang disengaja maupun tidak.

Semoga Allah memudahkan kita untuk me-Reset aktifitas kita di dunia maya maupun di dunia nyata menuju ridha-Nya.

Aamin ya Rabb.

0 komentar:

Posting Komentar