Bittersweeet winter

Maha suci Allah yang telah menciptakan berbagai musim. Musim panas, gugur, dingin dan semi, begitulah Allah menciptakan 4 musim secara berurutan dimana musim semi dan gugur adalah musim penstabil suhu, diciptakan diantara musim yang extreme (panas dan dingin).

Pertama diriku menginjakkan kaki di negeri gingseng ini, pertengahan agustus tahun 2016 kemarin, disaat musim panas  telah sampai pada ujungnya, beberapa minggu setelah itu datanglah musim gugur dengan gerakanya yang sangat halus. 

09/09/16 saat semuanya masih hijau dan segar



Aku begitu menikmati musim gugur meski bagiku awal musim ini sudah termasuk dingin, karena angin pembuka musim ini sangat sejuk.

15/10/16 crayon musim gugur mulai merubah warna pepohonan



dedaunan yang akhirya memilih untuk jatuh

Saat itulah aku mulai mengkhawatirkan musim dingin, akankah aku bertahan ?

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah yang menjadikan musim dingin tahun ini tidak terlalu extreme, bisa dibilang tahun kemarin sangat extreme, bahkan di kota yang kami tinggali, berkali-kali turun salju.

04/12/16
Aku sangat lega karena masih dapat bertahan meskipun tidak melihat salju (karena dalam benakku sudah terbayang serunya main salju dan indahnya pemandangan serba putih itu).

Sebenarnya musim dingin tidak begitu mengancamku, karena aku bukan pengendara mobil, bukan pula yang setiap hari harus keluar apartemen menuju kampus ataupun kantor dengan menghadapi dinginya cuaca serta angin yang menusuk tulang.

Tetapi tetap saja musim ini agak ‘unik’, karena musim ini menyebabkan berbagai tragedi kecil pada diriku, antara lain:

1.    Bahan makanan yang mengeras meski ditaro di luar kulkas. 

Salah satunya Nuttela,, pada mula membeli nutella teksturnya sangat lunak dan mudah dioleskan diatas roti, lama kelamaan ia mengeras dan aku sangat kesulitan dan jatohnya males konsumsi nutella lagi hahaa.

Begitu juga susu kental manis, harus di deketin ke kompor yang menyala dulu baru bisa mudah diteteskan, juga margarin, sambal jadi, dll.

2.    Ketergantungan pada pemanas.

Hidup di Korsel sebagai perantau dan mashasiswa (suami) sangat berat untuk menghidupkan pemanas ‘gas’ di dalam ruangan dikarenakan biaya yang sangat mahal, maka dari itu kita membeli pemanas ruangan seperti tungku, juga selimut panas yang diletakkan diatas kasur, sebenarnya ini lebih hemat karena memakai daya listrik, bukan gas, tetapi karena digunakan secara terus menerus lumayan juga tagihanya 😋 apalagi buat aku yang gabisa dingin. 

3.    Kulit jadi kering.

Ini bisa diatasi dengan memakai pelembab wajah atau masker madu, dan minyak zaitun, juga lotion tubuh untuk menjaga kelembaban kulit agar tidak kering berlebihan.

4.    Buah-buahan dan sayuran mahal.

Ini sudah jelas kecuali buah musim dingin (salah satunya stroberi) itupun pada mulanya mahal, lalu lama-lama jadi murah. hehe

5.    Jemuran sulit kering. 

Jelas dong, kan saat menjemur pakaian kita sangat bergantung kepada panas matahari. Di musim dingin meski matahari besinar tetap saja presentase panasnya sangat kecil, terlebih lagi jika jemuran diletakkan di dalam apartemen dan hanya berharap pada cahaya yang menembus ke jendela kaca, sudah bisa dibayangkan kan, apa jadinya cucian yang terus menumpuk dan tidak juga kering. 

Jadi kita memutuskan untuk beli jemuran besi dan ditaro di lantai paling atas gedung dengan pintu (dibuka) menuju atap , tadinya mau ditaro di rooftops/atap, tetapi karena khawatir hujan, asap dll, akhirnya ditaro di tempat yang kena angin dan cahaya tetapi ‘aman’. Problem is Solved, Alhamdulillah…

6.    Wudhu yang menggigit tulang.

Meskipun sudah memakai air hangat, tetap saja badan ini menggigil setiap habis wudhu. Cukuplah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penghibur dan penguat:

Ø¥ِÙ†َّ عِظَÙ…َ الْجَزَاءِ Ù…َعَ عِظَÙ…ِ الْبَÙ„َاءِ
   “Sesungguhnya besarnya pahala tergantung dengan besarnya ujian”
[HR. at-Tirmidzi no. 2396 dan Ibnu Mâjah no. 4031 (Ash-Shahîhah no. 146)]

Ya! Besarnya pahala tergantung pada usaha yang dikorbankan. Jadi semoga saja semua usaha kita untuk menyempurnakan ibadah dihapadan Allah tidak sia-sia, bahkan dilipat gandakan karena kesulitan dan berbagai ujian yang kita hadapi saat melaksanakanya.

Namun, semua 'kesulitan' di atas bukan apa-apa dibandingkan kemudahan yang aku dapatkan. Harus banyak-banyak bersyukur….

Karena musim dingin yang tadinya menghantui ku dan membuatku sedikit kepikiran (stress) ternyata tidak seburuk itu, bahkan beberapa orang terkena penyakit musim dingin, seperti bibir pecah-pecah akut, tulang sakit dan susah berjalan, kulit gatal dan luka sampai ‘korengan’ serta masih banyak lagi.

Alhamdulillah aku masih dijaga Allah dari segala penyakit itu dan kesulitan lainya, dan semoga kita selalu dijaga oleh-Nya pada setiap musim dan waktu. Aaamiin 💙
 
04/12/16 pohon yang bertahan meski ditinggalkan oleh daun sambil berharap ia datang kembali

Segala sesuatu memang harus ada pembiasaan, pada awalnya aku belum terbiasa di suhu dingin, bahkan sampai minus (yang menggigit), aku pernah coba mematikan penghangat dan memakai berlapis-lapis jaket dan sweater, tetapi tidak dapat bertahan lama, kondisi tubuh makin tidak karuan, akhirnya meski memakai baju berlapis, pemanas juga nyala. Apalagi saat keluar rumah, ditambah jaket tebal yang menjadikanku seperti boneka salju (bulat) 😋

Tetapi dari pertengahan Februari aku sudah merasakan perbedaan suhu, aku bisa keluar rumah hanya dengan memakai jaket tebal, tanpa lapis-lapis (seperti kue lapis..yummy), juga di dalam rumah sudah tidak ketergantungan pada lapisan sweater dan jaket…satu demi satu terlepas secara bertahap dan akan kembali normal (pada akhirnya).

Musim dingin akan segera berakhir. Aku harus sedih atau senang ?

Posting Komentar

 

Copyright © a Pleasure | Powered by Blogger | Template by 54BLOGGER | Fixed by Free Blogger Templates